Galeri Proses Pembuatan Sarung Tenun Samarinda

Sarung Tenun Samarinda

            Negara Kepulauan Republik Indonesia (NKRI) baik di kalangan masyarakat lokal bahkan internasional dikenal dengan kekayaan budaya yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan di setiap wilayahnya memiliki kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya, seperti bahasa daerah, lagu daerah, rumah adat,pakaian adat termasuk pula dengan barang-barang tradisional yang menjadi ciri khas suatu daerah itu sendiri.
            Jika berbicara mengenai Indonesia, tentu provinsi Kalimantan Timur sebagai provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia sendiri bahkan di mata dunia Internasional ( hal ini terbukti dengan dikenalnya Kalimantan dengan sebutan Borneo).  
            Kalimantan Timur merupakan provinsi yang memiliki ibukota yaitu Samarinda. Kota yang berslogankan dengan kata TEPIAN (Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman) ini memiliki berbagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Pusat Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda yang berlokasi di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Baqa Rapak Dalam Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda kode Pos 75132. Obyek wisata ini merupakan wadah untuk melakukan proses pembuatan sarung tradisional khas kota Samarinda.
Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Sebagian besar setiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.

 Proses pembuatan sarung tenun menggunakan gedokan yang masih bersifat tradisional

 Proses penyelesaian sarung tenun masih menggunakan tenaga tradisional dari para pengrajin
Sarung mungkin memang bukan merupakan salah satu barang yang asing bagi masyarakat Samarinda yang bermayoritaskan beragama Islam, namun sarung tenun khas Samarinda ini memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki oleh sarung seperti pada umumnya. Motif yang ditawarkan dari sarung tenun ini sangatlah cantik dan menarik. Corak yang melekat pada sarung Samarinda tersebut juga sangat memukau dan menyegarkan setiap pasang mata yang memandangnya.
Hal istimewa dari sarung ini selain warnanya yang memikat, kualitas yang dimiliki oleh sarung ini pun turut menjamin dan walaupun sarung ini dibuat oleh warga yang bersuku Bugis namun motif kain tidaklah sama dengan sarung bugis asli dari Sulawesi.
Motif sarung tenun Samarinda sudah dimodifikasi dengan khas kaltim, bunga-bunga besar dengan warna-warna mencolok, namun ada juga motif kotak-kotak biasa. Harga yang ditawarkan yaitu untuk harga sarung dengan motif kotak-kotak biasa dihargai Rp 275.000 sedangkan untuk motif yang rumit seharga Rp 600.000. ada juga yang sepasang untuk laki-laki perempuan seharga Rp 800.000.
 Sarung Belang Hatta merupakan sarung yang dipopulerkan oleh Bung Hatta dan hingga saat ini masih dilestarikan



      Bermacam - Macam sarung tenun dengan pilihan warna yang beranekaragam
          Hal istimewa lainnya jika anda membeli sarung tenun di pusat kerajinan sarung tenun ini yaitu khususnya bagi para pencinta sarung tenun Samarinda yang menginginkan motif berbeda, maka dapat memberikan motif yang diinginkan. Harga setiap sarung tenun yang diproduksi tergantung berapa banyak motif yang diperlukan. Semakin banyak dan besar motifnya, maka semakin mahal harganya.

Setiap penenun dapat membuat satu sarung tenun Samarinda dalam waktu seminggu dengan ukuran panjang 4 meter dan lebar sekitar 50 sentimeter. Itupun untuk motif sederhana dan kecil. Semakin banyak dan besar motif yang diinginkan, maka semakin lama pembuatannya. Namun tentunya sarung tenun dengan motif ini memiliki nuansa yang berbeda dengan sarung biasa pada umunya.
            Selain sarung tenun, Rumah Tua khas Kalimantan Timur pun dapat anda temui di areal Jalan Pangeran Bendahara yang merupakan pusat sarung tenun Samarinda tersebut. Rumah yang terbuat asli dari kayu tersebut berbentuk berupa rumah panggung yang di dalamnya dapat anda temui juga barang-barang tradisional khas Kalimantan Timur lainnya, selain sarung tenun Samarinda, seperti  tas manik, gelang,kalung batu-batuan khas Kaltim,makanan tradisional seperti salah satunya gula gaet dan lain sebagainya.    
 Aneka barang tradisional khas Kalimanta Timur yang berbentuk seperti burung dan lain-lain
 Kerajinan manik khas Kalimantan Timur seperti tas, kopiah, tempat tissu dal lain-lain
 Manik khas Kaltim yang dapat anda temui ketika berkunjung ke rumah tua Samarinda Seberang


                                                              Kerajinan manik-manik
                                                           aneka sarung tenun Samarinda
                                            Makanan ringan khas Kalimantan Timur
Hal unik lainnya yang dapat anda temui di rumah tua ini yaitu anda dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan sarung yang dikerjakan oleh para pengrajin dengan menggunakan gedokan. Selain itu, barang-barang yang ditawarkan dapat membuat anda jatuh cinta oleh keelokan yang dimilikinya, seperti salah satunya tas manik khas Kalimantan Timur seperti pada gambar di atas. Kualitas barang yang menjamin turut menjadi point tambahan dari barang-barang tradisional ini mengingat keluwesan tangan lebih memiliki keunggulan dibandingkan dengan barang yang dibuat dengan menggunakan mesin.
Jarak yang dapat ditempuh untuk mengunjungi pusat pertenunan ini yaitu sejauh 8 km dari pusat kota Samarinda. Untuk masalah transportasi menuju kawasan ini anda memiliki dua alternative yaitu melalui transportasi darat atau menggunakan transportasi air yaitu menggunakan kapal motor. Untuk transportasi darat memerlukan waktu yang lebih panjang dibandingkan jika melalui jalur air. Jalur air dengan menggunakan kapal motor memakan waktu sekitar lima hingga sepuluh menit saja.
 
Kapal motor yang bisa digunakan untuk menuju Pusat pembuatan sarung tenun Samarinda 
sumber : aakminanti.blogspot.com


3 komentar:

Daftar Harga Berdasarkan Kualitas

KUALITAS A
ATBM (Alat tenun bukan mesin) Rp. 600.000


KUALITAS B
ATBM (Alat tenun bukan mesin) Rp. 400.000



KUALITAS C
ATM (Alat tenun mesin) Rp. 275.000




0 komentar:

Identitas Sarung Tenun Samarinda

Kira-kira ada 90 corak dalam sarung samarinda. Sarung dibuat warga Gang Pertenunan, Kelurahan Mesjid, Samarinda, Kalimantan Timur. Perajin kebanyakan keturunan atau pendatang dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, yang kabarnya amat terampil membuat tenunan turun-temurun. Mereka hijrah dan membangun permukiman di sisi selatan Sungai Mahakam lebih dari seabad lalu. Mereka pun melestarikan teknik menenun yang disebut walida. Teknik itu kini cuma dilakukan tidak lebih dari sepuluh orang.
Kembali ke corak. Beberapa di antaranya dinamai dalam bahasa orang Bugis Wajo. Yang saya temukan dan ketahui ialah baliyare mar-mar, pucuk rebung, billa takajo, tabagolog, coka mannipi, jepa-jepa kamummu, dan siparape. Saya sendiri bingung kalau menunjukkan corak sarung samarinda. Yang saya ketahui cuma tiga yakni corak hatta, soeharto, dan sari pengantin yang ada dalam foto.
Hatta ialah sarung dengan corak kotak besar yang diapit persegi panjang hitam dan dilintasi garis merah, biru, dan hitam. Dinamai hatta untuk menghormati pahwalan kita yakni Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI yang pertama sekaligus proklamator kemerdekaan RI bersama Soekarno, sang presiden pertama. Menurut kalangan perajin, corak sarung mereka awalnya tidak dinamai. Ketika ada usul untuk dinamai sebuah corak yang terkenal dengan
hatta, usul itu diterima.


Untuk corak soeharto dapat dilihat kotak-kotak yang lebih kecil dengan warna yang berbeda. Pemberi komentar untuk tulisan pertama saya berjudul Sarung Samarinda yaitu Achmad Subechi benar. Dinamai demikian sebab corak itu amat diminati Soeharto, Presiden kedua RI, yang belum lama ini wafat. Soeharto beberapa kali ke Samarinda dan saat membeli sarung nyaris selalu memilih satu corak itu.
Nah, motif selanjutnya ialah sari pengantin (dalam foto). Sarung itu biasanya dipakai lelaki seusai menjalani adat nikah.
Ketiga motif tersebut–hatta, soeharto, dan sari pengantin–menurut kalangan perajin amat digemari. Namun, yang paling banyak diminati ternyata corak hatta. Itulah corak khas yang diduga termasuk salah satu corak awal yang dibuat para perajin.
Ada yang mengatakan, corak kotak-kotak itu terinspirasi dari permintaan Sultan Kutai Kartanegara yang ingin agar masyarakat Wajo membuat tenunan yang berbeda dari buatan orang Sulawesi yang disebut songket. Entah dari mana inspirasi itu datang sehingga para perajin terdahulu membuat corak kotak-kotak sebagai pakem. Namun, seiring perkembangan zaman, bermunculan juga corak baru yang ternyata terinspirasi dari ukiran-ukiran orang Dayak.

0 komentar:

Sarung Samarinda

sarung samarinda, sejarah sarung samarinda, jual sarung samarinda, sarung tenun murah, sarung tenun samarinda

Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu 15 hari.

Kerajinan tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di kawasan Tanah Rendah (sekarang bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668 yang menjadi cikal-bakal pendirian Kota Samarinda.
Sarung Samarinda kian memudar seiring munculnya Sarung yang asli tapi palsu buatan Gresik.
Sarung Samarinda juga menjadi inspirasi pencipta lagu Anang Ardiansyah untuk menjadikannya sebuah judul lagu.

sumber : Wikipedia.org

2 komentar: